Review Buku #114 – In the Afterlight ‘The Darkest Minds 3’ by Alexandra Bracken (2014)

in the after light - alexandra bracken

I could tell myself a thousand times, but each time my whole self would feel the shock of it all over again—because the dark was where things were lost. It devoured everything good.

Markas Children’s League hancur dan lenyap. Ruby dan semua orang yang selamat mengetahui kalau data yang ingin dihancurkan oleh Clancy adalah informasi obat untuk mengembalikan anak – anak yang mempunyai kekuatan menjadi normal. Rombongan yang tidak besar itu pun pindah ke markas Children’s League tersembunyi lainnya. Setelah mengetahui kalau para agen mempunyai rencana buruk pada mereka, Ruby bekerja sama dengan Cole untuk memanipulasi pikiran para agen dan membuat mereka pergi dari Children’s League. Tidak adanya orang dewasa lain di organisasi itu membuat Cole menjadi pemimpin. Ruby sendiri juga mempunyai peran yang penting dan ia berada di sisi Cole untuk mengatur Children’s League.

Ruby tahu bagaimana sengsaranya sendirian menyembunyikan kekuatan berbahaya di dalam diri selama bertahun – bertahun. Karena itu , Ruby tetap membela Cole dan percaya dengan rencana yang disiapkan Cole. Namun rencana mereka berbeda dengan rencana yang ingin dijalankan oleh Liam. Ruby juga berpikir ia tidak ingin melibatkan Liam dalam rencana penyerangannya agar Liam tetap bertahan hidup. Perbedaan pendapat dan kurangnya komunikasi di antara Ruby dan Liam membuat hubungan mereka menjauh.

Rencana utama Cole dan Ruby adalah menyerang Thurmond dan membebaskan anak – anak di tempat tersebut. Seiring persiapan menuju hari yang dinantikan, tidak ada yang menyadari rencana yang Clancy lakukan dari belakang. Dengan Ruby yang tidak menyadarinya, mungkin Ruby akan kehilangan lagi orang yang ia sayangi.

There is one side. That is the side of friendship and trust and love and that is the side that everyone should be on, and I am refusing to acknowledge that any other side could exist.

THE END ARGHHHH
Sejujurnya ada sejumlah perasaan naik turun selama gue membaca series ini. Alur ceritanya memang lumayan lambat selama bagian awal di setiap buku, termasuk buku ketiga ini. Setengah cerita di buku ketiga berlokasi di tempat yang sama sehingga tidak begitu terlihat ada progress. Gue sampai berpikir In the Afterlight akan mempunyai rating paling rendah ketimbang dua buku pertamanya. Tapi setelah melewati bagian itu, kalian jangan menangis melihat alur cerita selanjutnya.

Mari bahas kesan gue pada beberapa karakter di cerita terakhir ini :
1. Cole Stewart. I love this character so much in the beginning of the book. Persahabatannya dengan Ruby terbangun karena sama – sama menanggung beban dari kekuatan berbahaya mereka. Tapi ketika Cole sudah dikendalikan oleh Clancy…. Gue sudah curiga dengan sikap Cole yang berubah setelah menemui Clancy sendirian. Kenapa tidak ada seorangpun di cerita yang sadar? Arghh bagian ini membuat frustasi.
2. Chubs dan Vida. Pasangan baru yang menggemaskan. Huahuahuahua
3. SUZUME. SUZUMEEEEE. Momen dimana perempuan kecil ini mau mulai berbicara adalah bagian yang menyentuh dan susah dilupakan.
4. Clancy (asshole). Setelah perbuatan dia yang tidak pernah bertujuan baik dan selalu menimbulkan korban, gue sedikit kesal karena Clancy dilepaskan begitu saja di ending. Seharusnya Ruby jangan terlalu mudah memaafkan ke tipe yang begitu asdjsdksl
4. Liam . My lovely Liam. Apa kekurangan dari tokoh ini? Liam cocok sekali sebagai suami idaman dengan karakternya yang terlalu sempurna sebagai pasangan. Super baik dan sabar, mencintai pasangannya sepenuh hati, bisa memasak dan cekatan membetulkan barang ini itu, mau mendengarkan segala keluh kesah dan faktor positif lain di dirinya.  Tidak ada yang bisa gue keluhkan dari tokoh ini ❤
5. Last but not least. Ruby. Kadang ada bagian dimana gue merasa Ruby sedikit bodoh dan ceroboh. Ruby sering bermasalah kembali pada ketakutan dirinya akan kekuatan pikiran yang ia miliki. Tapi disinilah kegunaan peran sahabatnya yang terus memberi masukan positif. Terlepas dari kekurangannya, Ruby masih tokoh yang mudah disukai.

I don’t want to forget. There’s so much behind us, it’s true, but does it matter if we’re going the same way forward?

Chapter terakhir adalah bagian terbaik di buku ini. Endingnya dibungkus dengan sangat baik hingga mata gue terus bergenang saat melihat Ruby dan sahabatnya sudah bisa menuju lembaran hidup baru. Bahkan ketika gue mengetik ini, gue merinding mengingat momen penutup dimana mereka tertawa bersama di dalam mobil menuju kemanapun mereka pergi.

Gue sedih karena mesti berpisah dengan karakter – karakter yang gue bahas di atas, terutama Liam dan Ruby. I love this couple dan merasa porsi kebersamaan mereka yang diceritakan masih kurang cukup.
Tapi buku keempat dari series ini akan rilis pada Juli 2018 dan menceritakan Suzume sebagai tokoh utama. Semoga oh semoga harapan gue untuk melihat masa depan hubungan Liam dan Ruby bisa dipuaskan.

 

2 thoughts on “Review Buku #114 – In the Afterlight ‘The Darkest Minds 3’ by Alexandra Bracken (2014)

Leave a comment